Endang Caturwati
Seni adalah suatu kegiatan manusia yang bersifat ekspresif, yaitu bersifat pernyataan, atau khususnya ungkapan rasa. Ada sejumlah gagasan, yang didominasi oleh imajinasi yang hendak disampaikan oleh seniman. Seni termasuk salah satu di antara unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal. Artinya, dapat dijumpai dalam setiap masyarakat dengan bentuk serta sajian yang berbeda. Sajian seni hasil dari ekspresi manusia ini sering disebut sebagai karya seni.
Seni merupakan aktivitas mental yang mencakup penghargaan, penikmatan serta pengaguman. Seni merupakan media komunikasi antara seniman dan penikmat seni melalui produk seni. Oleh karenanya tidak lepas dari berbagai unsur ekspresi, kreasi, orsinalitas, intuisi, serta imajinasi. Seni terdiri atas berbagai media ungkap, atau ekspresi yang dikenal dengan sebutan bentuk seni, yang dalam perkembangannya seni memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan manusia.
Seni Bagian dari Totalitas Kehidupan
Seni tradisional, adalah bagian dari ‘totalitas kehidupan’, yang menjadi ciri manusia sebagai makhluk khusus, dan karena itu sekaligus merupakan wilayah kegiatan yang bisa merasuk pada penggalian nilai-nilai manusia yang tidak akan pernah habis. Dalam perkembangan sejarah di Indonesia, terutama di Cirebon, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, seni tradisional yang banyak memberikan kontribusi pada masyarakat, terutama membentuk karakter sikap, budi, dan bahasa.
Seni tradisional telah menjadi media atau alat yang sangat berjasa dalam mempersatukan umat manusia, yaitu menyebarkan agama Islam, atau metode untuk menerapkan ajaran-ajaran agama Islam. Agama Islam disebarkan oleh para wali tanpa kekerasan. Islam masuk ke tanah Jawa dengan jalan damai. Sesuai dengan makna dasar Islam dari kata aslama, yang mengandung makna damai, ternyata panji-panji Islam tempo dulu mampu menyebarkan agama Islam dengan damai. Penyebaran Islam di Jawa, terutama Indonesia berjalan lancar dan tidak menimbulkan konfrontasi dengan pemeluk agama sebelumnya. Islam masuk ke Indonesia melalui pantai Aceh, dibawa oleh para perantau dari berbagai penjuru, seperti Arab saudi dan sebagaian dari Gujarat
Penyebab proses Islami berjalan damai karena kepiawaian para mubalig dalam memilih media dakwah, seperti sosial budaya, ekonomi dan politik. Sunan Gunung Jati (Cirebon Jawa Barat), misalnya mampu menarik simpati rakyat Cirebon dan sekitarnya dengan Pertunjukan Topeng. Dengan melakukan pendekatan secara filosofis yang tersirat pada simbol-simbol gerak dan pemakaian kedok dengan 5 warna dan rupa, ia mampu menjabarkan personifikasi dari karakter atau watak manusia, dengan sareat, tarekat, hakekat, marifat, dan pusatnya manusia napsu mulhimah yang digambarkan dengan tokoh Klana, Tumenggung, Rumiang, Pamindo dan Panji. Tarian Panji merupakan masterpiece dari rangkaian lima tarian Topeng Cirebon. Tarian Panji justru merupakan klimaks pertunjukan. Apabila manusia dapat mencapai ‘Panji’ yang mampu menahan diri, emosi, serta nafsu, yang digambarkan dengan gemuruhnya gamelan akan tetapi tetap bergerak tenang, maka telah mencapai manusia hidayah atau sempurna.
Seni sebagai Media Pendidikan Karakter
Pendidikan Seni pada masa lalu disampaikan secara natural, mulai dari lingkungan keluarga (internal), kelompok masyarakat (grup seni), dan di lingkungan sekolah, baik yang masuk ke dalam intra kulikuler dan ekstra kuliluler. Pendidikan Seni sebagai aesthetic needs memiliki fungsi yang esensial dan unik, sehingga mata pelajaran ini tidak dapat digantikan dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian, baik secara filosofis, psikologis maupun sosiologis ditemukan bahwa pendidikan seni memiliki keunikan peran atau nilai strategis dalam pendidikan sesuai perubahan dan dinamika masyarakat.
Seni merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Dalam perjalanan sejarah di Indonesia seni berkembang di kerajaan dan juga di masyarakat seiring dengan penyebaran agama. Seni diawali oleh kerajaan (raja), pimpinan agama (gereja), serta para wali dalam penyebaran agama Islam. Dalam hal ini raja dan pimpinan agama selaku patron (pelindung) terpanggil untuk bertanggungjawab dalam mendirikan lembaga pendidikan seni dan mengelolanya sebagai upaya melestarikan kehidupan seni dan senimannya.
Pendidikan menurut Carter V. Good (Dalam Djumransyah, 2006: 24) adalah Proses pengembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Sedangkan menurut Godfrey Thompson, pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya dan sikapnya.
John Stuart Mill (Dalam Abubakar,1982: 8), menyatakan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan orang lain, dengan tujuan mendekatkan anak didik kepada tingkat kesempurnaan.
Fungsi Seni : Membentuk Kepribadian
Memang, pada dasarnya setiap seni pertunjukan yang otentik, adalah tumbuh sebagai ekspresi masyarakat pendukungnya, yang bisa memenuhi sebuah fungsi sosial, berarti nilai kualitatifnya tidaklah lenyap di dalam fungsinya (Arnold Hauser: 1985: 308). Seni pertunjukan yang berkembang di Indonesia, pada kenyataannya banyak yang tumbuh sebagai ekspresi masyarakat, yang lebih komunikatif serta sarat dengan interaktif, terutama pada kesenian rakyat seperti teater tradisi.
Hampir di berbagai daerah di Indonesia memiliki teater dengan penamaan yang berbeda, baik teater boneka, maupun teater yang dibawakan oleh manusia, antara lain Sandiwara, Longser, Wayang Golek, di Jawa Barat; Ketoprak, Wayang Wong, Wayang Kulit di Jawa Tengah, Ludruk di Jawa Timur. Makyong di Minang dan Riau, Begitu pula seni tutur, seperti Pantun di masyarakat Melayu; Beluk, Calung, Reog, di Jawa Barat. Seni pertunjukan tersebut berkembang tanpa diketahui siapa kreator pertama, hingga kemudian muncul para generasi penerus, para koreografi muda dan komposer muda yang akhir-akhir ini semakin variatif coraknya. Hasil karyanya, menunjukkan kecenderungan dalam melakukan reinterpretasi, seleksi dan eksperimentasi budaya berbasis pada tradisi seni yang bersumber dari lokal: ‘karya-kaya kreatif’, maupun kolaborasi dengan kesenian di luar daerahnya.
Perkembangan Seni pada masa Kini
Masalah yang dihadapi Sekarang, adalah banyak para orang tua, melihat seni hanya sekadar dari unsur estetika dan pretise belaka. Mereka lebih suka anak-anaknya belajar seni Barat, seperti piano, tari Ballet, dibandingkan seni-seni lokal Indonesia. Tidak jelek, akan tetapi akan lebih baik apabila dilengkapi dengan seni miliknya sendiri. Mereka kurang melihat ‘seni’ secara holistik atas keterkaitannya dengan sistem masyarakat. Padahal, dengan melakukan atau mengapresiasi kesenian lokal, seni miliknya sendiri. akan tersirat nilai-nilai sosial dan juga pendidikan.
Masih banyak orang tua siswa yang ikut campur hingga ke masalah teknis, yang akhirnya tidak mendidik. Sebagai contoh, dalam pergelaran pertunjukan Drama Tari, tidak semua anak siswa mendapatkan peran yang harus berbusana serba glamor. Tetapi orang tua siswa bersikeras anaknya harus mengenakan busana glamor, kendatipun memerankan gadis miskin yang serba kekurangan, dan lain sebagainya. Oleh karenanya peran para pendidik seni menjadi sangat penting untuk melakukan berbagai strategi dalam menerapkan materi seni tradisional sehingga dapat membangkitkan minat para anak didik untuk menyenangi seni tradisional dengan metode atau cara-cara yang tepatguna.
Kata Kunci: Seni, Kearifan Lokal
No comments:
Post a Comment